Pertengahan Tahun 2008, saat itu saya sudah diterima di SMAN 1 Rembang, dan bersiap untuk menjalankan rangkaian kegiatan orientasi siswa baru.
Saya masuk di kelas X.8. Seperti siswa sekolah baru pada umumnya, saya mencoba melihat teman baru di kelas dan berkenalan. Saat itu saya melihat satu orang yang ramai dan hampir selalu tertawa saat di kelas.
Saya berharap bisa segera akrab dengan dia, karena menurut saya orang seperti ini lah yang membuat dunia sekolah yang jenuh bisa menjadi lebih santai.
Singkat cerita, saya akhirnya berkenalan dengan teman baru tersebut saat menjalani kemah PTA. Namanya, Fariz Maulana. Kami sempat tertawa ketika mendapati bahwa kami memiliki nama yang hampir sama.
Dan pada saat kemah itu, kami sempat didatangi oleh salah satu kakak Bantara, karena kami saat itu dapat jatah untuk menjaga tenda. Kami diminta tolong untuk membantu prosesi upacara (saya lupa nama upacaranya).
Saat ditanya nama masing-masing untuk dicatat, saya menjawab “Fariz”, dan dia juga menjawab “Fariz”, yang membuat kakak Bantara itu menjadi bingung. Dan tanpa alasan jelas kami tidak jadi diminta bantuan dalam prosesi upacara. Mungkin bingung dengan nama kami yang sama.
Setelahnya, kami mulai berteman baik. Teman-teman lebih sering memanggilnya dengan sebutan “Maul” diambil dari nama aslinya. Sedangkan saya dipanggil “Bobi” dengan alasan yang masih saya bingung sampai sekarang.
Mungkin lebih baik kami punya panggilan masing-masing, agar saat ada orang yang memanggil Fariz, kami tidak sama-sama menoleh.
Pernah suatu ketika, saat pelajaran berlangsung, hasil ulangan dibagi. Nama “Fariz” dipanggil. Saya dan Maul bingung. Ini hasil ulangan siapa dulu yang dibagi. Akhirnya dengan sedikit memaksa, saya menyuruh Maul untuk maju mengambil hasil ulangan tersebut.
Begitu sampai di depan, dia dimarahi karena hasilnya jelek. Tapi, ternyata itu adalah kertas ulangan milik saya. Dia hanya bisa pasrah saat dimarahi, dan tertawa sambil sedikit memaki-maki saat memberikan kertas ulangan tersebut kepada saya.
Dan selanjutnya nama “Fariz” dipanggil lagi. Dan Maul dengan pasrah kembali maju ke depan untuk mengambil hasil ulangannya (yang kali ini benar-benar miliknya). Ternyata hasilnya juga jelek, dia dimarahi guru dua kali. Saat kembali ke tempat duduknya, saya tidak bisa berhenti tertawa melihat mukanya saat itu. Lalu saya dimaki-maki lagi sambil tertawa oleh dia lagi.
Saat di kelas X.8 dulu, saya duduk di sebelah Agung, sedangkan Maul duduk di belakang saya bersebelahan dengan QD. Kami berempat duduk di deretan dua dari belakang paling pojok. Ini membuat kami berempat makin akrab karena di tengah2 pelajaran kami sering cengengesan sendiri di belakang. Bahkan sifat ini sukses membuat QD yang tadinya sangat pendiam bisa menjadi cengengesan karena terpengaruh oleh saya, Maul dan Agung.
Ada cerita lagi, saat ulangan Bahasa Inggris. Kami berempat masih duduk di pojok kelas. Kami saling berbagi jawaban agar bisa dapat nilai bagus. Dan ternyata benar, hasil ulangan kami berempat yang tertinggi di antara teman sekelas lainnya. Kami sempat dicurigai mencontek saat itu, tapi untungnya tidak ketahuan.
Setahun tak terasa sudah habis. Kenaikan kelas di depan mata. Saat hari-hari terakhir di sekolah menjelang liburan tiba, kami semua menjadi semakin akrab. Semua sedih karena mungkin tidak akan satu kelas lagi.
Maul saat itu sempat berkata kepada saya “Wah aku gak sekelas karo kowe neh bob”. Ya, saat penjurusan, dia memilih IPS, sedangkan saya IPA.
Akhirnya, kami semua naik ke kelas XI, dia masuk kelas IPS saya kelas IPA.
Walaupun sudah tidak satu kelas lagi, tapi teman-teman X.8 ini boleh saya katakan solid. Masih sering mengadakan acara kumpul bersama sambil makan-makan dan sebagainya. Dan sifat Maul yang cengengesan itu juga tidak berubah saat X.8 reunian.
Pertemanan ini terus berlanjut sampai kami lulus dan meneruskan kuliah. Dia kuliah di Malang, saya di Bandung. Ya, sangat jauh.
Saat liburan semester beberapa kali saya juga bertemu dengan dia saat X.8 reuni. Saya hanya bisa berharap semoga pertemanan ini bisa terus berlangsung sampai kami tua.
……
6 Maret 2013, sekitar jam 5 pagi, saya menyalakan tv sambil santai setelah Sholat. Saya mendapat kabar yang mengagetkan. Maul telah berpulang ke Rahmatullah.
Memang selama seminggu terakhir ini dia sedang dirawat di sebuah Rumah Sakit di Malang, dan didiagnosa mengidap penyakit GBS.
Saya mencoba memastikan kebenaran kabar tersebut. Dan saya mendapatkan kebenarannya dari teman X.8 yang saat ini kuliah di Universitas yang sama dengan Maul, Abid.
Saat mendengar kepastian bahwa Maul sudah berpulang, dari Abid ini, seketika kaki saya gemetar. Saya masih berharap bahwa kabar ini tidak benar. Tapi apa daya, suara Abid di seberang telepon masih terdengar dan memberitahu saya bahwa Maul memang sudah berpulang. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un….
Dalam keadaan kaki yang masih gemetar, saya mencoba merenungi ini. Tiba-tiba pikiran kembali ke beberapa tahun lalu saat saya baru masuk kelas X.8, saat saya bertugas jaga tenda, saat pembagian hasil ulangan, saat mendapat ulangan dengan hasil terbaik di kelas.
Saya masih tidak menyangka orang baik seperti dia harus secepat ini pergi.
Kemudian saya membuka facebook dan twitter. Ucapan bela sungkawa dari teman-teman, baik itu yang dekat atau sekedar tahu, atas kepergian Maul sudah bermunculan di beranda. Saya ingin berkata pada Maul “Ul, kowe wong apik…delok ah, seng ndongakke kowe akeh banget”.
Sejujurnya jika bisa, saya ingin pulang ke Rembang dan hadir di pemakamannya. Tapi jarak dan waktu yang tidak memungkinkan membatalkan rencana ini, karena pemakamannya akan dilakukan sore ini.
Untuk saat ini, saya jadi sadar, kematian akan datang pada semua orang, dan pada umur yang tidak akan pernah kita tahu. Yang saya pelajari dari Maul adalah ini : berbuatlah baik saat kau hidup, agar semua orang yang kau kenal selama hidup mendoakanmu saat tiada.
Terima kasih sudah bisa kenal dengan mu
Terima kasih sudah menjadi temanku
Terima kasih untuk candaan selama ini
Maaf karena pernah membuatmu dimarahi dua kali saat mengambil hasil ulangan
Maaf apabila ada kesalahan yang mungkin saya lupa
Maaf karena saya tak bisa hadir untuk yang terakhir
Maaf…
Maaf…
Maaf…
Temanmu, Bobi.
0 komentar:
Posting Komentar