Cerita ini hanya fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama, tempat, dan lain-lain, semua itu tidak sengaja dan mohon diikhlaskan saja.. Piiiiissss
____________________________________________________________
Alkisah, saat jaman penjajahan menir Belanda dahulu, rakyat Indonesia berada dalam masa" kegelapan. Belakangan diketahui, saat itu di rumah" rakyat emang nggak ada lampu.
Rakyat dipaksa untuk menggarap ladang, dan semua hasilnya harus diserahkan kepada menir" Belanda. Menir makan daging empal, rakyat makan aspal. Menir tidur di ranjang, rakyat tidur bareng krangkang. Menir naik mobil, rakyat garuk" kutil (iye..nggak nyambung).
Melihat semua penindasan itu, seorang pemuda bernama Supardi (kalo malem Susi..halah) merasa Menir Belanda sudah tak bisa dimaafkan lagi. Dia bertekad untuk mengakhiri semua penindasan ini. Tapi Supardi sadar, dia tidak punya kekuatan ataupun persenjataan untuk melawan mereka.
Alhasil, dia memutuskan untuk pergi mengembara mencari kekuatan. Karena orang tuanya cuma seorang petani, mereka tidak bisa memberi uang untuk Supardi supaya bisa naik travel, akhirnya Supardi berangkat dengan jalan kaki pake sandal jepit merk SILAW (saingannya sandal jepit Swallow).
Setelah perjalanan yang cukup menguras jiwa dan raga, akhirnya Supardi sampai ke padepokan seorang pendekar sakti, tempat dia akan berlatih. Pendekar sakti itu bernama, Mak Mampir. Konon katanya, Mak Mampir ini adalah sosok Mak" yang suka mampir". Saking seringnya mampir, dia sampe lupa waktu dan kesasar di Cina. Disana dia gentayangan dan menakut"i warga sekitar dan dijuluki sebagai "Si Mampir". Dia hanya bisa berhenti jika di jidatnya ditempel kertas mantra. (Oke, sepertinya gue ketuker antara Mampir dengan Vampir).
Padepokan Mak Mampir ini sudah sangat terkenal, karena sukses menghasilkan banyak pendekar sakti seperti, Wiro Seneng, Si Budek dari Gua Hantu, Nyi Lelet, Jaka Minggir, Sangmeriang, dan masih banyak lagi.
Dimulailah latihan keras Supardi untuk mendapat kekuatan. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, dia lewati. Akhirnya setelah sang guru, Mak Mampir, merasa Supardi sudah mendapat kekuatan yang cukup untuk menumpas penjajah, sang guru memanggil muridnya.
"Kau sudah berlatih dengan keras selama ini, nak.." kata Mak Mampir
"Iya, guru." Jawab Supardi
"Sekarang kau sudah cukup kuat untuk menghadapi para penjajah itu. Sebagai penghargaan, aku akan mewariskan sesuatu untukmu."
"Apa itu, guru ?"
Mak Mampir kemudian mengambil rambut panjang yang selama ini menempel di kepalanya. Ternyata itu cuma wig. Style rambut asli Mak Mampir ternyata adalah mohawk. Dia sebenarnya adalah seorang rocker. Tapi naas, albumnya gagal di pasaran, dan akhirnya dia memutuskan untuk ikut les privat dan banting setir menjadi pendekar.
*Supardi terpana melihat rambut Mak Mampir*
"Ini untukmu, nak. Rambut ini akan sangat berguna nantinya untuk melawan penjajah itu." kata Mak Mampir
"Baiklah, terima kasih guru. Saya kagum melihat rambut guru. Boleh saya pegang rambutnya ?" tanya Supardi
"YEEEAAAAAHHHHHH !!!! BOLEEEHHH !!!" *jiwa rock Mak Mampir kembali setelah wig-nya dicopot*
"Sekalian kita poto bareng ya, guru ? Nanti mau saya upload di pesbuk." (gue sendiri nggak yakin, ada internet saat itu. boro" pesbuk, bisa pake kalkulator udah syukur)
"YEEEEEEAAAAAAHHHH !!!!" *jiwa rock sang guru masih berapi-api*
Akhirnya, Supardi menerima rambut gondrong sakti pemberian Mak Mampir. Supardi langsung memakai rambut itu. Dia merasakan sensasi berbeda ketika memakai rambut gondrong itu. Ternyata sensasi itu adalah gatal" di kepala karena rambut gondrong itu ternyata udah lama nggak di-laundry.
Setelah mengemasi semua barang"nya, Supardi pun berpamitan kepada Mak Mampir. Dia mengucapkan terima kasih kepada Mak Mampir karena telah membantu dirinya menjadi kuat dan siap menumpas para penjajah.
Dan berangkatlah Supardi ke medan pertempuran.....
-TO BE CONTINUED-
0 komentar:
Posting Komentar